Tulisan-tulisan yang ada di dalam blog ini dibuat dengan bersusah payah. Hargailah dengan TIDAK meng-COPY/PASTE.

Senin, 16 Januari 2023

[Kepenulisan] Tahun 2022

 

Tangkapan layar blog Lautan Kata sebelum tulisan ini dimuat dengan postingan terakhir tertanggal 7 September 2021.

Tahun 2022

©Jannu A. Bordineo


Tahun 2022 menjadi tahun yang membagongkan sekali dalam perjalananku di dunia kepenulisan dan, terutama, dunia perblogeran. Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah blog Lautan Kata yang bermula di tahun 2009, aku tidak memposting apa pun sepanjang tahun.

Sebenarnya, kesempatan untuk pecah telur di tahun 2022 ada ketika menjelang tahun berganti aku sadar belum memposting apa pun di blog. Namun, karena satu dan lain hal, kesempatan itu melayang tak teraih.

Melewati tahun tanpa membuat postingan adalah sesuatu banget bagiku, hingga membikin aku tertegun memandangi layar yang menampilkan halaman beranda blog Lautan Kata. Bagaimana tidak? Jika menilik tahun-tahun yang telah lalu, betapa aku berusaha dengan segala daya untuk membuat postingan, entah itu berupa tulisan, atau sekadar gambar maupun kosakata. Bahkan untuk tulisan, beberapa sengaja kupenggal menjadi lebih dari satu bagian, semata-mata agar postingan di blog menjadi banyak.

Kecepatan dan produktifitasku dalam menulis memang terbilang rendah. Karena itu, daya tulisku bertopang pada konsistensi. Seperti semut, bekerja sedikit demi sedikit, menulis kata demi kata, tetapi kontinu.

Maka, yang terjadi di tahun 2022 adalah klimaks dari menurunnya daya tulisku yang sebetulnya telah menggejala semenjak tahun 2019, tahun ketika aku menyelesaikan novel Naga Angin 1. Penurunan ini bahkan lebih awal lagi jika berbicara soal postingan blog, yaitu ketika gerombolan penjahat intelektual (tukang copas/plagiat/penjiplak) menerjang blog Lautan Kata hingga membuatku memutuskan untuk berhenti memposting puisi di blog.

Kalau dipikir-pikir, boleh jadi menurunnya daya tulisku adalah dampak susulan atas menurunnya daya bacaku yang lebih dulu terjadi seiring dengan hilangnya kenikmatan membaca yang pernah kualami. Sebab, membaca adalah bekal untuk menulis.

Meski perlahan-lahan, dengan usaha yang tekun, kenikmatan membaca kini bisa kurasai kembali. Sekarang, usaha yang serupa perlu kuarahkan untuk daya tulisku. Perihal itulah yang sejatinya hendak kutulis di akhir tahun yang lalu seperti yang kusinggung di atas.

Yang perlu kulakukan adalah merutinkan kembali kegiatan menulis, mulai dari kata demi kata, kalimat demi kalimat. Tidak ada cara lain. Kemampuan menulisku bukanlah bakat, melainkan hasil yang kudapat dari menuliskan ribuan kata selama bertahun-tahun. Jika diibaratkan, kemampuan menulisku seperti sebilah besi, yang menjadi pisau tajam lantaran terus diasah. Namun, yang namanya besi  rentan dimakan karat. Kalau tidak ingin ketajaman itu berkurang, bahkan menjadi keropos, maka harus rajin-rajin diasah dan dirawat.

Demikianlah, aku awali upayaku mempertahankan kemampuan menulis dengan membuat tulisan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang santun dan sesuai dengan isi tulisan.