Tulisan-tulisan yang ada di dalam blog ini dibuat dengan bersusah payah. Hargailah dengan TIDAK meng-COPY/PASTE.

Jumat, 22 Maret 2019

[Esai] Gurih yang Sesungguhnya

Lawi-lawi dalam sajian.
Gurih yang Sesungguhnya
Oleh Jannu A. Bordineo

Di Pangkep—return base selama aku di Sulsel—aku merasakan rasa gurih yang sebenar-benarnya ketika menyantap lawi-lawi, sejenis rumput laut. Rasanya begitu nikmat. Mantaplah pokoknya. Mungkin inilah rasa yang dulu bikin Prof. Ikeda Kikunae penasaran, yang kemudian dia telusuri basis kimianya, lalu menamainya umami (gurih kalau dalam bahasa Indonesia), rasa dasar kelima.
lautankata.com
Selama ini rasa yang disebut-sebut gurih yang kukecap tak lain adalah asin. Misalnya rasa yang dibilang gurih dari kripik singkong yang kubeli, tak lain adalah asin dari taburan garam. Dan aku tidak suka asin.
lautankata.com
Jadi ketika lidahku mengecap lawi-lawi untuk pertama kalinya, rasanya begitu nendang! Nah, ini, ini, rasa ini… (mungkin kalau kamu baca atau nonton manga/anime "Food Wars! Shokugeki no Soma" akan mengerti maksudku, seperti ketika karakter-karakternya terkejut dengan rasa masakan yang ternyata dahsyat melampaui ekspektasi). Bukan asin, rasa ini di luar empat rasa dasar (manis, asam, asin, pahit). Ini pastilah rasa gurih yang sejati! Tidak heran aku bisa menghabiskan sepiring lawi-lawi sekali santap. Rasanya memang enak kok, bikin nagih!
Setangkai lawi-lawi.
Untuk lawi-lawinya sendiri, penyajiannya hanya dibilas dengan air bersih lalu siap santap. Iya, dimakan mentah. Awalnya aku juga kaget. Kukira dimasak dan diberi bumbu karena rasanya begitu kuat. Ternyata hanya dibilas air tawar saja.
lautankata.com
Kalau mau, semua bagian lawi-lawi bisa dimakan. Namun, umumnya orang hanya memakan tangkai yang ada butiran-butiran mirip telur ikan itu saja (lihat gambar). Butiran-butiran itu ketika dikunyah akan pecah di dalam mulut, memberi sensasi tersendiri dalam menyantap rumput laut ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang santun dan sesuai dengan isi tulisan.