Tulisan-tulisan yang ada di dalam blog ini dibuat dengan bersusah payah. Hargailah dengan TIDAK meng-COPY/PASTE.

Selasa, 10 Agustus 2010

KISAH PIN BERSAUDARA: KISAH PIN THO

(Baca kisah sebelumnya, Pesan Terakhir, agar lebih mengerti jalan ceritanya!)

Setelah kematian ayahnya, Pin Tho berkelana ke sebuah kota besar. Berbekal uang yang terbatas, akhirnya dia berhasil sampai ke kota tersebut. Dengan sisa uangnya yang sedikit, Tho menyewa sebuah penginapan kecil dan kumuh. Hanya itu yang dia sanggup.
LautanKata
Keesokan harinya Pin Tho segera mencari pekerjaan, karena sisa uangnya bahkan tidak cukup untuk makan satu hari. Tentu saja tidak mudah mencari pekerjaan di sebuah kota besar. Tapi, dengan usaha yang keras akhirnya Tho berhasil mendapatkan pekerjaan, itu pun sebagai kuli pasar. Tak buruk. Hanya itu pekerjaan yang ada. Dan juga sesuai dengan postur tubuh Pin Tho yang tinggi besar serta kuat.

Upah dari pekerjaan Pin Tho tidak terlalu besar. Cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan masih ada sisa untuk di simpan dan juga membayar sewa penginapan tiap bulan. Upah yang diterima Tho semakin hari semakin bertambah, karena kemampuan Tho yang sangat memungkinkan untuk mengangkat beban yang lebih berat yang bahkan tidak sanggup di pikul orang lain sehingga dia mendapatkan upah lebih.

Semakin lama uang simpanan Tho semakin bertambah banyak. Malah sangat banyak jika dilihat profesinya hanya sebagai kuli. Kini Tho sudah mempunyai rumah sendiri. Rumah yang sederhana. Sedikit lebih besar dari rumahnya dulu di desa.
LautanKata
Setelah uangnya berlebih, Tho mencoba memulai usaha dagang. Dia sendiri yang membeli barang di kota lain yang harganya lebih murah dalam jumlah banyak dan kemudian menjualnya lagi di kotanya dengan harga yang sesuai dengan di tempatnya. Karena kekuatannya yang besar, tidak ada penjahat yang berani mengganggunya, bahkan ketika dia berjalan sendirian membawa dagangannya melewati hutan yang terkenal dengan penyamunnya yang kejam, sehingga dengan keuletannya, usaha Tho mulai berkembang lebih besar. Dia mulai mempekerjakan orang lain untuk membantunya.

Usaha Pin Tho sepertinya akan berhasil, tapi nasib berkata lain. Meskipun mampu melindungi usaha dagangnya dengan baik, Tho tidak mampu  melihat situasi dan peluang sehingga sering rugi. Selain itu dia dengan mudah dan sering di curangi oleh mitra usahanya. Ditambah lagi para pegawainya, orang-orang yang sangat dipercaya olehnya banyak yang berkhianat. Keadaan ini semakin memperparah usaha dagangnya.

Tak butuh waktu lama untuk Pin Tho melihat usahanya bangkrut. Semua hartanya habis untuk melunasi hutang-hutangnya. Dan sekarang yang tersisa tinggal rumah sederhananya tanpa ada lagi yang lainnya. Di rumah sederhana itu, Lho merenungi nasibnya yang tidak beruntung. Menganggap itu semua tidak adil dan tidak ada yang adil dalam hidupnya.

Rasa rindunya dengan kedua adiknya tiba-tiba muncul dan sangat kuat. Dia rindu dengan kehidupannya dulu. Ketika ayahnya masih hidup, betapa bahagianya dulu meski hidup berkekurangan. Tapi semua berubah ketika ayahnya meninggal dengan hanya pesan terakhirnya yang tertinggal. Pesan terakhir! Pin Tho teringat kembali dengan pesan terakhir ayahnya. Pesan terakhir yang tidak dia tahu apa maksudnya. Tapi, dia ingin tahu apa maksud dari pesan itu. Seberapa pentingnya, sehingga hanya itu yang di ucapkan ayahnya sebelum kematian merenggut nyawanya.
LautanKata
Seketika itu juga, renungan penyesalan Tho berubah haluan menjadi renungan untuk memahami dan mencari tahu jawaban dari pesan terakhir ayahnya. Berhari-hari waktunya dihabiskan hanya untuk merenung. Karena hanya merenung saja dan tak bekerja, sekarang yang dimilikinya kini hanya rumah sederhananya saja.

Akhirnya, Pin Tho berhasil  menemukan jawaban yang dicari-cari olehnya. Jawaban yang membawanya kembali ke kampung halamannya. Kini dia bersiap-siap untuk kembali. Rumah sederhananya yang merupakan satu-satunya harta yang dimiliki telah dijual untuk bekal dalam perjalanannya.

Oleh Jannu A. Bordineo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang santun dan sesuai dengan isi tulisan.