Tulisan-tulisan yang ada di dalam blog ini dibuat dengan bersusah payah. Hargailah dengan TIDAK meng-COPY/PASTE.

Senin, 22 Juni 2020

[Ulasan] Tanggapan Atas Sikap Kontra Terhadap Tindakan Teman-Teman Eren dan Prediksi Akhir/Ending Shingeki no Kyojin Berdasarkan Perkembangan Cerita Sampai Bab Terbaru (129)

Tanggapan Atas Sikap Kontra Terhadap Tindakan Teman-Teman Eren dan Prediksi Akhir/Ending Shingeki no Kyojin Berdasarkan Perkembangan Cerita Sampai Bab Terbaru (129)

Ulasan oleh Jannu A. Bordineo

Bagi yang kontra dengan tindakan teman-temannya Eren yang ingin menghentikan Eren, dan bahkan mencap mereka tidak tahu terima kasih, pengkhianat, dsb; barangkali bisa merenungi kembali kata-kata Hange di Bab 127 (gambar no. 1, 2, 3, 4).



Bab 127.
[©Hajime Isayama, KODANSHA]
Boleh saja teman-temannya Eren dicap pengkhianat, tapi yang jelas mereka tidak mengkhianati nurani mereka. Nurani yang mengatakan bahwa pembinasaan semua manusia negeri lain selain mereka, tanpa peduli sipil maupun militer, adalah tindakan salah, bahkan dengan dalih memperjuangkan kebebasan negeri sekalipun. Memperjuangkan kemerdekaan diri, tidak lantas memberikanmu hak untuk merenggut kemerdekaan liyan. Jika mereka menyetujui rencana Eren untuk meratakan dunia beserta isinya, itu sama saja menjadikan diri mereka tidak ada bedanya dengan orang-orang dunia yang ingin mereka musnah.
lautankata.com
Sebenarnya, mencap teman-teman Eren sebagai pengkhianat juga kurang tepat, karena yang mencap begitu hanyalah salah satu fraksi dalam tubuh militer Paradis, yaitu Fraksi Yeager (Yeagerist) yang berhaluan ultranasionalis. Dan sejujurnya merekalah, para Yeagerist, yang mengkhianati semangat Jiyuu no Tsubasa (Sayap Kebebasan—lambang Chousa Heidan/Pasukan Penyelidik).

Bisa dibilang xenofobia sangat mewarnai dunia Shingeki no Kyojin. Bagaimanapun, mereka hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan para Raksasa yang tidak mampu mereka pahami.

Semangat kebebasan yang ada dalam diri anggota Chousa Heidan terdahulu justru membuat mereka mengambil langkah untuk mengatasi xenofobia mereka dengan cara mengeksplorasi dunia luar agar mereka mengenal "musuh" mereka. Meski tahu betapa berbahayanya dunia luar, mereka tetap menjelajahinya, semata-mata untuk membebaskan umat manusia dari ketakutannya—untuk itu mereka rela berkorban nyawa. Karena itu pula mereka sangat menghargai nyawa manusia. Ini tercermin dari pendirian para anggota Chousa Heidan. Sikap dan keputusan Komandan Erwin yang lebih memilih kelangsungan hidup umat manusia, alih-alih nyawa pasukannya, tidak mendapat tentangan berarti, lantaran semua paham dan berpikiran sama. Dan demikian pula sisa-sisa anggota Chousa Heidan seperti Hange dan teman-teman Eren, yang menjalin aliansi dengan sisa-sisa pejuang Marley, untuk menyelamatkan umat manusia.
lautankata.com
Baik Erwin maupun Hange dan lainnya, telah memilih menanggung "dosa" atas kematian rekan-rekan mereka (gambar no. 5). Itulah konsekuensi atas pilihan dan pendirian mereka. Dan sebatas itulah kesanggupan mereka. Mereka tidak sanggup bila harus menanggung dosa atas kematian umat manusia kebanyakan, di saat mereka punya kesempatan dan kemampuan untuk mencegah genosida itu terjadi.
Dosa yang dipilih Hange dan lainnya (Bab 129).
[©Hajime Isayama, KODANSHA]
Sementara dalam diri Yeagerist, xenofobia berubah menjadi bentuknya yang paling buruk: fasisme. Kepercayaan akan kehebatan bangsa Eldia yang dianut Yeagerist, tak ubahnya kepercayaan akan keunggulan ras Arya yang dianut Nazi, yang berujung pada ketiadaan penghargaan atas nyawa manusia lain. Ini terlihat jelas dengan betapa entengnya Floch, pentolan Yeagerist, membakar gedung yang berisi penduduk sipil. Atau bagaimana Yeagerist menjebak dan menangkapi anggota militer lain yang tidak sehaluan dengan mereka.

Jika "guncangan tanah" (terjemahan resmi Level Comics untuk "rumbling") terus berlanjut sampai tuntas, Eldia Paradis hanya akan meneruskan kesalahan Marley, yang mengulang sejarah kelam Kekaisaran Eldia dulu: menciptakan kamp-kamp konsentrasi tempat orang-orang yang selamat dari "guncangan tanah" dikumpulkan, didiskriminasi, dan ditindas. Persis seperti yang dialami bangsa Eldia di seluruh dunia setelah kejatuhan Kekaisaran Eldia.
lautankata.com
Yang patut dijadikan periksa adalah banyak penggemar yang pro terhadap tindakan Eren, sepenuhnya sadar bahwa tindakan Eren itu sepenuhnya salah. Pertanyaan yang kemudian timbul atas fakta ini bukanlah "kenapa masih didukung jika tahu salah?", tetapi "kenapa menjadi permisif terhadap suatu kejahatan karena kejahatan itu menimpa 'musuh'?".

Sikap permisif ini mudah sekali kita temui di dunia nyata. Sikap yang tidak pernah menuntun kita pada pembelajaran akan peristiwa sejarah. Sikap yang hanya membawa kita pada pembenaran atas suatu peristiwa, yang berujung pada pengulangan demi pengulangan, satu genosida ke genosida yang lain sepanjang sejarah manusia; tak ubahnya lingkaran setan yang tiada berkeputusan.

Lantas, adakah jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi Paradis?

Aku tidak akan bilang "ya" dengan keyakinan penuh. Tapi, jalan tengah, jalan keselamatan, itu (pernah) ada. Dan sejujurnya selama ini telah digunakan oleh militer Paradis.

Mengetahui bahwa peradaban manusia di luar dinding masih ada dan berpotensi menjadi musuh, satu hal yang bisa dilakukan pihak Paradis untuk sintas adalah memusnahkan musuh YANG DATANG MENYERANG, seperti yang selama ini mereka lakukan pada kapal-kapal yang dikirim Marley. Kata-kata "yang datang menyerang" sengaja kukapitalkan karena disitulah letak perbedaan mendasar antara militer Paradis pada umumnya dengan para Yeagerist.
lautankata.com
Karena terus-terusan menunggu dan menerima serangan tidaklah bagus, dan melakukan serangan juga tidak pernah ada dalam daftar pilihan (kecuali bagi para Yeagerist) lantaran ketertinggalan teknologi, militer Paradis—dalam hal ini Chousa Heidan—kembali dalam tabiat lama mereka, jati diri mereka yang sesungguhnya: mengeksplor dunia luar pulau untuk mengenal "musuh" mereka. Dan terbukti, di dunia bukan hanya ada orang-orang yang berpotensi menjadi musuh, tetapi juga ada yang berpotensi menjadi sekutu. Orang-orang dari negeri timur seperti Azumabito, maupun orang-orang dari negeri yang selama ini dijajah Marley—seperti Yelena dan Onyankopon, pada akhirnya menjadi sekutu Paradis untuk melawan hegemoni Marley.

Dengan diplomasi yang baik, Paradis bisa meningkatkan daya tawarnya dalam menghadapi Marley di kancah internasional. Tidak perlu penjelasan panjang lebar, sejarah kemerdekaan Indonesia bisa menjadi contoh terbaiknya, kala kemenangan taktis militer Belanda dalam agresi-nya yang kedua justru menjadi bumerang yang membuat Belanda terduduk di meja perundingan hingga berujung pada pengakuan kedaulatan.
lautankata.com
Sayangnya sikap defensif militer Paradis harus berakhir karena ulah Eren yang mengobrak-abrik Liberio, Marley. Militer Paradis mau tidak mau ikut menyerang untuk mem-back up Eren jika tidak ingin kartu as-nya tersebut jatuh ke tangan Marley. "Keberhasilan" serangan ke Marley ini jugalah yang dipropagandakan Yeagerist untuk melebarkan pengaruh mereka hingga berhasil mengambil alih militer Paradis.

Sejujurnya, waktu dulu bab yang berisi Eren mengobrak-abrik Marley keluar, harapanku untuk melihat akhir yang bahagia—tokoh-tokoh utamanya hidup semua— pupus sudah. Dengan demikian, apakah jalan tengah itu sudah tertutup? Tunggu dulu. Ulasanku belum berakhir.

Sebenarnya, dengan atau tanpa serangan Eren ke Liberio, sikap defensif Paradis akan tidak menguntungkan lagi. Karena Marley, melalui Tybur, hendak menyebarkan propaganda mengenai ancaman iblis Pulau Paradis ke seluruh dunia. Marley seperti ingin mengajak seluruh dunia untuk menginvasi Paradis. Andai saat itu tiba sementara Paradis belum cukup mengumpulkan kekuatan dan sekutu, maka nasib Eldia Paradis akan dipungkasi dengan cukup mudah.

Serangan Eren di satu sisi membuktikan propaganda Marley soal ancaman iblis Pulau Paradis benar adanya, di sisi lain juga melumpuhkan militer Marley sehingga memberi Paradis waktu bernapas.

Namun, waktu yang tersedia tidaklah banyak, dan napas jauh dari lega, sebab sekarang seluruh dunia menjadi musuh mereka. Dan ini terbukti dengan invasi Marley yang datang jauh lebih cepat, sekaligus menjadi pemicu aktifnya "guncangan tanah".
lautankata.com
Jadi, bagaimanakah menyelamatkan Paradis—sekaligus mengakhiri manga—tanpa "guncangan tanah"?
Sketsa panel terakhir SnK.
[©Hajime Isayama]
Sebelum sampai pada prediksiku, ada satu hal lagi yang menjadi pertimbanganku: panel terakhir SnK yang sudah diungkapkan sketsanya. Di panel tersebut digambarkan seseorang menggendong bayi dan mengatakan お前は自由だ... [Omae wa Jiyuu da… / Engkau telah bebas…]. Sebuah asa untuk akhir yang bahagia.

Jadi prediksiku berdasarkan pada dua hal utama:  "guncangan tanah" batal / tidak tuntas dan panel terakhir / sosok di panel tersebut.

Prediksi pertamaku dengan asumsi orang di panel terakhir bukan Eren. Menurutku Eren sengaja mengobrak-abrik Liberio yang sedang dipenuhi orang-orang dari seluruh penjuru dunia, lalu mengaktifkan "guncangan tanah", semata-mata demi satu tujuan: menyatukan dunia dengan menjadikan dirinya musuh bersama. Musuh dari musuhku adalah kawan, atau paling tidak sekutu. Dengan mengalihkan seluruh ketakutan kepada dirinya saja, Eren hendak menyinergikan bangsa Eldia dengan bangsa lain di dunia dalam upaya menghentikan dirinya, atau dengan kata lain, menghapus stigma yang selama ini melekat pada bangsa Eldia—sejujurnya aliansi antara para pejuang Marley dengan Hange dan yang lain adalah arketipe yang sempurna untuk ini. Siasat ini lalu diperkuat dengan dihapusnya kemampuan berubah menjadi Raksasa yang dimiliki bangsa Eldia oleh Eren yang telah sepenuhnya menguasai kekuatan Pendiri. Sebagai penutup dari itu semua, Eren membiarkan dirinya terbunuh oleh pasukan aliansi. Oleh sebab itu di panel terakhir bukanlah Eren. Tebakanku, melihat dari bentukannya yang mirip Eren, orang itu adalah Jean, yang sedang menggendong entah anaknya siapa. "Engkau telah bebas…" adalah isyarat bahwa jabang bayi ini telah terbebas dari kutukan menjadi Raksasa dan segala macam ancaman yang mungkin timbul karena ketakutan bangsa lain terhadap kekuatan itu.
lautankata.com
Tentu saja Eren mengerti benar dampak dari jalan yang ditempuhnya ini. Menurut perkiraan Hange, secepat apa pun dia dan yang lainnya menyusul Eren, Liberio telah musnah. Itu artinya pemukiman sepanjang pesisir benua telah rata dengan tanah. Korban yang berjatuhan tentu tak terbayangkan jumlahnya, sungguh suatu kejahatan atas kemanusian yang luar biasa mengerikan. Barangkali hal inilah yang menjadi salah satu sebab pribadi Eren berubah menjadi murung, dan mungkin ini jugalah alasan Eren membiarkan dirinya terbunuh; sebagai bentuk pertanggungjawaban.

Prediksiku yang kedua kurang lebih sama dengan yang pertama. Bedanya, Eren tidak langsung terbunuh dalam proses penghentian "guncangan tanah", sehingga orang di panel terakhir itu adalah dirinya. Ini memunculkan imaji liarku mengenai jati diri si jabang bayi. Dugaanku berdasarkan prediksi ini, bayi itu adalah anaknya Eren sendiri dengan, siapa lagi kalau bukan, Ratu Historia. Selain punya kedekatan khusus (chemistry) dengan Eren, Historia adalah satu-satunya perempuan di lingkaran Eren yang diperlihatkan sedang hamil, ditambah lagi waktunya juga pas. Namun, mungkin tidak diperlihatkan di manga (after story), Eren harus berpisah dengan anaknya karena dia harus menghadapi penghakiman. Jika Eren dibiarkan begitu saja hidup dengan tenang, tentu akan menimbulkan tentangan dari orang-orang yang telah kehilangan keluarga dan kampung halamannya akibat "guncangan tanah". Untuk menghindari kontroversi dan timbulnya bibit kebencian baru terhadap Eldia, Eren harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Mengingat betapa luar biasa kejahatan yang telah dia dilakukan, hukuman matilah yang menunggu Eren. Meski harus berpisah dengan keluarganya, Eren menerima hukumannya, karena sejak awal dia telah menyadari konsekuensi atas tindakannya, dan ini jugalah yang mungkin menjadi sebab lain kemurungannya.

Pembaca sekalian pasti ada yang protes, kok dua prediksiku di atas berujung pada kematian Eren?
lautankata.com
Jawabku: siapa yang menabur angin, maka akan menuai badai. Setiap perbuatan sudah seharusnya mendapat ganjaran. Azab, karma, apa pun sebutannya.

Walau bagaimanapun, yang dilakukan Eren adalah genosida. Kejahatan luar biasa keji yang tidak bisa dibenarkan dari sudut pandang mana pun, dengan alasan apa pun, termasuk dengan dalih menyelamatkan bangsa sendiri dari kebinasaan.

Mungkin akan muncul sanggahan lagi seperti ini: kalau begitu Reiner pun harus mendapat ganjarannya?

Betul. Yang dilakukan Reiner dulu sama dengan yang dilakukan Eren sekarang dalam skala yang lebih kecil. Idealnya Reiner memang harus dihukum—dengan kepribadian Reiner yang sekarang, mungkin dia akan dengan senang hati menerima hukuman mati.

Baik Reiner maupun Eren boleh dibiarkan hidup, mendapatkan pengampunan, kuncinya satu: penebusan.

Jika, usaha Reiner untuk menghentikan Eren menginjak-injak seluruh dunia bisa diterima sebagai penebusannya, maka penghapusan kekuatan Raksasa dari keturunan Eldia harusnya cukup untuk menjadi penebusan Eren. Dan inilah prediksi ketigaku yang memungkinkan Eren masih hidup hingga akhir cerita.

***
lautankata.com
Aku akui prediksiku bercelah karena mengabaikan beberapa hal. Misalnya, kemungkinan semua tokoh utamanya mati atau kemungkinan perhitungan Hange soal kecepatan "guncangan tanah" salah. Jadi, kita kembalikan prediksi pada tempatnya, yaitu sebuah usaha untuk menebak jalan dan akhir dari suatu cerita. Tepat tidaknya, kita hanya bisa menunggu rilisan bab selanjutnya hingga tamat. Pendek kata, semua ada di tangan Bang Haji selaku pengarangnya.

Tapi aku tetap berharap, bagaimanapun akhirnya nanti, semoga "guncangan tanah" tidak tuntas. Karena itu bisa menjadi presenden buruk, yang akan menimbulkan kesan sikap menoleransi genosida.



#ulasan #prediksi #teori #manga #anime #shingekinokyojin #attackontitan #pasukanpenyelidik #surveycorps #attackontitantheory #attackontitanending

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang santun dan sesuai dengan isi tulisan.