Tulisan-tulisan yang ada di dalam blog ini dibuat dengan bersusah payah. Hargailah dengan TIDAK meng-COPY/PASTE.

Selasa, 09 Oktober 2018

[Esai] (Menghapus) Jejak Digital

Ilustrasi
(Menghapus) Jejak Digital
Esai oleh Jannu A. Bordineo

Beberapa kali aku punya keinginan kuat untuk menghapus akun pribadiku di medsos biru. Apa sebab? Tiada lain untuk membersihkan jejakku di dunia maya. Entah itu berupa status, komentar, share-an maupun bentuk unggahan lainnya.

Tidak bisa kumungkiri, aku pernah terjebak debat kusir, saling balas komentar di medsos itu. Sering kali bila menanggapi suatu unggahan berita, atau bahkan niatan baik untuk meluruskan suatu berita bohong (hoaks), bisa berakhir dengan gontok-gontokan kata. Dan namanya debat kusir, argumenku bisa ikut larut dalam ketidakmasukakalan.
lautankata.com
Belakangan aku berpikir, bahwa ini bisa menjadi batu sandungan bagiku di kemudian hari, bisa menjadi amunisi bagi orang yang tidak suka kepadaku (haters) untuk menyerang pribadiku. Seperti yang orang bilang: jejak digital itu kejam. Maka dari itu, demi kedamaian hari esok, timbullah niatan untuk menghapus akun.

Namun, niatan ini terurungkan bila menilik kembali berapa banyak relasi dunia maya yang bakal terputus. Kalau pun aku buat akun baru yang bersih-suci, tentu sangat merepotkan bila menambahkan teman satu demi satu—dan sangat mungkin akan ada yang terlewat. Belum lagi bila meninjau hal-hal penting yang tersimpan di akun tersebut—sebut saja tulisan atau kenangan.
lautankata.com
Batallah keinginanku untuk menghapus akun.

Namun, bukan berarti aku diam saja dan membiarkan ketenangan batinku terusik. Usaha-usaha "pembersihan" sudah kerap kulakukan, bahkan jauh sebelum ada niatan untuk menghapus akun. Sering aku buka Log Aktivitas di laman profil, lalu memeriksa unggahanku dari tahun awal aku menggunakan medsos itu untuk menemukan dan menyingkirkan "potensi bahaya" dari tindak tandukku sendiri.
lautankata.com
Sebagai penutup, aku mengingatkan diri kembali untuk lebih bisa menahan diri, tidak terlalu reaktif, dan sebisa mungkin membatasi unggahan pada bahasan seputar proses/industri kreatif saja. Dan sepertinya aku harus menengok kembali prinsip lama ini:

"Diam tidak selamanya emas. Tapi diam masih lebih baik daripada banyak bacot."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang santun dan sesuai dengan isi tulisan.