Tulisan-tulisan yang ada di dalam blog ini dibuat dengan bersusah payah. Hargailah dengan TIDAK meng-COPY/PASTE.

Minggu, 14 November 2010

MUSUH ALAM

Lestarikanlah lingkungan. Jaga alam dan bersahabatlah dengannya. Itulah nasehat yang selalu di berikan Pak Darto kepada anaknya, Candra. Yang ditanggapi dengan anggukan oleh anaknya itu. Candra masih terlalu kecil untuk memahami apa yang dimaksud oleh ayahnya.
LautanKata
Di lain waktu Pak Darto memberi nasehat lain kepada Candra.
"Jangan pernah jadi musuh alam!"
"Apa maksudnya, Ayah?" tanya Candra dengan lugunya.
"Jangan berbuat sesuatu yang bisa membuat alam marah. Karena, kalau alam marah, dia akan menganggapmu musuh." Pak Darto menjelaskan dengan lemah lembut.
"Contohnya?" tanya Candra lagi. Dia sudah mulai mengerti apa maksud dari nasehat ayahnya selama ini.
"Tidak merusak lingkungan. Menjaga kelertarian hutan. Dan juga tidak mengganggu atau memburu hewan-hewan hutan."
"Siap, Yah!" seru Candra sambil melakukan sikap hormat.
Pak Darto tersenyum melihat tingkah laku putranya.

Suatu hari terjadi keramaian di rumahnya Candra. Dia bisa melihatnya dari kejauhan. Candra mempercepat langkahnya yang terhambat oleh beban di punggungnya, tas sekolah. Dia baru pulang sekolah.
"Ada apa ini?" kata-kata itu meluncur dengan sendirinya dari mulut Candra begitu sampai di rumah.
LautanKata
Di lihatnya ada petugas kepolisian, juga mobil patroli. Dan yang membuatnya tersentak kaget adalah Ayahnya berada di mobil itu dengan tangan diborgol. Pak Darto menunduk mengetahui Candra sudah pulang.
"Ada apa ini? Kenapa kalian menangkap ayahku?"

Para petugas polisi itu diam saja. Candra di bawa masuk ke dalam rumah oleh ibunya. Tapi sebelum masuk ke dalam rumah, Candra mendengar desas desus dari tetangganya yang menonton kejadian itu. Ayahnya ditangkap karena terlibat kasus penebangan liar. Hal ini membuatnya terpukul.
LautanKata
"Kenapa? Kenapa Ayah menjadi musuh alam? Bukankah Ayah selalu menasehatiku untuk tidak menjadi musuh alam?" teriak Candra dari dalam rumah.
Semua diam.
"Ayah munafik!!!" Tangis Candra pecah begitu kata terakhirnya terucap.

Cerpen oleh Jannu A. Bordineo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang santun dan sesuai dengan isi tulisan.