Tulisan-tulisan yang ada di dalam blog ini dibuat dengan bersusah payah. Hargailah dengan TIDAK meng-COPY/PASTE.

Kamis, 05 Juli 2012

Cerbung: Rumah Sakit (Bagian 1)

"Ah!!!" erangku saat cutter milling itu mengenai tanganku.

Rekan-rekan kerja yang mendengar teriakanku bergegas menolongku. Beberapa pertanyaan terlontar dari mulut mereka. Tapi aku hanya bungkam dan mengerang. Masih shock. Baru saja beberapa detik yang lalu kehilangan konsentrasi, hampir kehilangan jari tangan juga.

Aku dituntun menaiki mobil ambulance milik perusahaan. Dan beberapa menit kemudian dituntun turun dari mobil itu. Telah sampai di ruang UGD di rumah sakit daerah. Aku sendiri mulai kehilangan kesadaran karena menahan sakit yang luar biasa dari luka koyakan ditanganku.
Lautan Kata
***

Saat tersadar, aku masih berada di ruang ICU. Tidak ada yang menungguiku karena memang ini adalah ruang yang harus steril. Tapi aku juga tidak melihat adanya petugas medis di ruangan ini. Keadaan sangat sunyi. Dan yang paling tak mengenakkan, aku merasakan suasana yang mencekam.

Aku menggeliat-geliat di atas ranjang pesakitanku. Merasa tidak nyaman. Selain karena luka yang masih berdenyut-denyut, juga merasa gerah. Sangat gerah. Keringat sebesar biji jagung mulai banyak menetes dari sekujur tubuhku.

Saat rasa gerah itu semakin memuncak, kulihat gumpalan asap hitam di ujung ranjangku. Aku mengerjap-ngerjap untuk memperjelas penglihatanku. Gumpalan itu semakin membesar dan membentuk siluet orang dengan ukuran yang lumayan besar. Semakin lama, sosok yang tergambarkan semakin jelas dan...

DEG!!!
Lautan Kata
Mata merah menyala itu menatap tajam ke arahku. Tak salah lagi, ini adalah yang orang bilang Genderuwo, batinku panik. Aku ingin segera berlari, tapi tubuhku kaku. Ingin berteriak, tapi lidahku kelu. Nafasku mulai terengah-engah. Kini keringat dari tubuhku adalah keringat dingin ketakutan dan kepanikan.

Sementara itu, makluk itu tetap menatap tajam kearahku yang tak berdaya ini. Kulihat sosok itu memudar dan berubah jadi gumpalan asap pekat seperti semula. Ada kelegaan saat mengetahui hal itu. Tapi sedetik kemudian aku menjadi lebih panik.

Gumpalan asap yang sangat pekat itu menyelubungiku. Nafasku sesak. Aku tercekik. Dengan sia-sia aku meronta-ronta. Aku mulai kekurangan oksigen. Mataku berkunang-kunang. Perlawananku mulai melemah. Di saat kepanikan dan ketakutan menguasaiku, aku pasrah.
Lautan Kata
KREKK!!!

Suara pintu ruangan ini terbuka. Dan masuklah seorang wanita muda yang adalah seorang perawat. Saat perwat it masuk, menghilanglah gumpalan asap yang mengerikan tadi.

Aku selamat? batinku tak percaya. Aku ingin meminta perawat itu memindahkankanku di ruang perawatan saja. Tapi sepertinya perawat itu sudah mengerti dan memindahkanku. Aku memandang heran kearahnya.

Perawat itu membalas tatapanku dengan seulas senyum manisnya yang misterius. Mendapati hal ini aku lebih merasa heran. Kejadian yang baru menimpaku seakan-akan tidak berarti lagi karena wanita muda yang memikat ini seolah-olah memiliki magnet yang menarik seluruh perhatianku.

Diam-diam kuperhatikan perawat itu saat mendorong ranjang pesakitanku. Parasnya cantik dengan pandangan tajam dari mata indahnya. Kulitnya putih, sangat putih, jika tidak dibilang pucat. Yang jelas, wanita muda ini begitu memikat.

Perawat cantik ini membawaku ke salah satu ruang. Aku kaget saat mengetahui ruangan itu adalah gudang.

"Apa maksudnya ini?" tanyaku penuh kebingungan.
Lautan Kata
Tidak ada jawaban. Hanya sebuah senyuman, yang sama seperti tadi, yang kudapatkan. Perawat itu menutup pintu gudang. Aku menjadi was-was. Terlebih lagi dengan keadaanku yang tak berdaya ini.

Perawat itu mendekatiku dengan langkah yang ringan. Saat di sampingku, dia membelaiku. Aku tak mengerti apa maksudnya itu. Dan yang tak kuduga sama sekali, dia tiba-tiba naik ke atas ranjang dan menduduki kakiku dengan pose nakal.

Aku jadi salah tingkah. Sementara itu, perawat muda itu mulai mendengus-dengus badanku. Sejenak aku risih. Tapi perawat itu makin berani. Dengusannya semakin ke atas. Saat sampai di leherku, aku menggelinjang kegelian.

"Uh!!!" lenguhku saat hembusan nafasnya mengenai kulit leherku. Ada sensasi dingin yang kurasakan dari hembusan nafasnya.

"Aaahhh!!!" erangku pada detik berikutnya saatkurasakan ada dua buah jarum panas yang sepertinya menembus urat nadiku di leher. Kali ini sensasi terbakar aku rasakan.

"Lepaskan!" teriakku saat menyadari apa yang terjadi. Perawat itu, menggigitku. "Makhluk apa kau?" teriakku panik saat merasakan aliran darahku deras menuju leherku yang tak lain karena gigitan dan isapan si perawat.
Lautan Kata
Perawat itu tak merespon. Malah dia mencengkram kedua bahuku dan memperdalam gigitannya. Sementara itu aku semakin lemas karena kehabisan darah. Pandanganku semakin kabur, kabur dan kabur.
Cerbung oleh Jannu A. Bordineo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah yang santun dan sesuai dengan isi tulisan.